by Endar Suhendar, M.Pd.

Sibling Rivalry - Ketika Anak Saling Iri, Orang Tua Harus Bagaimana?

Suara teriakan dari ruang tengah. Tangisan yang pecah tiba-tiba. Lalu, kalimat sakti yang paling sering kita dengar sebagai orang tua: “Dia duluan, Ma!”

Selamat datang di arena sibling rivalry—persaingan antar saudara. Sebuah drama harian yang bisa membuat orang tua paling sabar sekalipun merasa seperti wasit pertandingan gulat yang tidak pernah usai. Kita melerai, menasihati, kadang menghukum, berharap esok hari akan lebih damai. Tapi seringkali, drama yang sama terulang kembali.

Kita mungkin menganggapnya sebagai hal yang wajar. "Namanya juga anak-anak," kata kita, mencoba menenangkan diri.

Tapi, bagaimana jika saya katakan bahwa di balik rebutan mainan atau adu mulut sepele itu, ada pertaruhan yang jauh lebih besar? Ini bukan sekadar kompetisi memperebutkan remot TV. Ini adalah kompetisi memperebutkan sumber daya paling berharga di dunia mereka: cinta, perhatian, dan pengakuan dari orang tua.

Memahami ini adalah kuncinya. Tugas kita bukanlah menjadi hakim yang menentukan siapa yang salah dan benar. Tugas kita adalah menjadi pelatih—seorang arsitek hubungan yang mengajarkan mereka cara mengelola konflik, bukan sekadar menghentikannya.

Jadi, saat rumah terasa seperti medan perang, apa yang harus dilakukan oleh orang tua?

 

1. Haramkan Kalimat Perbandingan

Ini adalah dosa nomor satu dalam pengasuhan yang sering kita lakukan tanpa sadar. "Lihat tuh abangmu, rajin belajar." atau "Kenapa kamu nggak bisa kalem seperti adikmu?". Kalimat-kalimat ini mungkin bertujuan memotivasi, tapi dampaknya seperti racun.

Mengapa ini berbahaya? Perbandingan menciptakan label permanen di benak anak. Ada yang merasa menjadi "si pintar", "si nakal", "si cantik", atau "si atletis". Anak yang terus-menerus dibandingkan akan merasa harga dirinya rendah dan melihat saudaranya bukan sebagai kawan, melainkan sebagai standar yang tidak akan pernah bisa ia capai. Ini menumbuhkan iri hati yang mendalam.

Solusinya: Fokus pada pencapaian individu. Puji usaha dan progres mereka berdasarkan standar mereka sendiri, bukan standar saudaranya.

 

2. Jadwalkan ‘Kencan’ Satu Lawan Satu

Di tengah kesibukan, kita sering memberikan perhatian secara kolektif. Padahal, anak-anak butuh merasa spesial secara individu. Persaingan seringkali muncul karena ketakutan bahwa cinta orang tua adalah sebuah "kue" yang harus dibagi.

Mengapa ini penting? Meluangkan waktu khusus berdua saja—bahkan hanya 15-20 menit—mengirimkan pesan kuat: "Cinta Mama/Papa untukmu itu utuh, tidak terbagi, dan tidak perlu kamu rebut." Momen ini bisa sesederhana membaca buku bersama sebelum tidur, menemaninya bermain game favoritnya, atau sekadar mengobrol di teras.

Solusinya: Buat jadwal "waktu spesial" untuk setiap anak setiap minggunya. Biarkan anak yang memilih aktivitasnya. Ini akan mengisi "tangki cinta" mereka dan mengurangi kebutuhan mereka untuk mencari perhatian dengan cara negatif.

 

3. Validasi Emosinya, Bukan Aksinya

Ketika si kakak merebut mainan dan si adik memukul, insting kita adalah langsung menghakimi aksinya: "Kakak jangan merebut!" atau "Adik nggak boleh memukul!". Ini tidak salah, tapi ada langkah yang terlewat.

Mengapa ini penting? Anak perlu tahu bahwa perasaannya dimengerti. Iri, marah, dan kecewa adalah emosi yang valid. Dengan mengakui perasaan mereka, kita mengajari mereka kecerdasan emosional.

Solusinya: Terapkan formula "Validasi Perasaan + Batasi Perilaku". Contoh: "Mama tahu adik marah sekali karena mainannya direbut. Marah itu boleh, Nak. Tapi memukul kakak itu tidak boleh. Coba kita bilang ke kakak baik-baik." Dengan begini, anak merasa didengar, namun tetap belajar bahwa ada cara yang benar dan salah dalam mengekspresikan emosi.

 

4. Jangan Jadi Hakim, Jadilah Mediator

Setiap kali ada konflik, jangan terburu-buru datang dan memutuskan siapa pemenangnya. Jika kita selalu menjadi hakim, anak-anak tidak akan pernah belajar menyelesaikan masalah mereka sendiri.

Mengapa ini penting? Tujuan kita adalah membekali mereka dengan kemampuan negosiasi dan empati untuk seumur hidup. Peran kita adalah membantu mereka menyuarakan keinginan dan mendengarkan satu sama lain.

Solusinya: Ambil posisi sebagai penengah. Katakan, "Oke, stop dulu. Mama dengar ada masalah. Coba kakak sampaikan dulu apa yang kakak mau, dengan tenang. Sekarang gantian adik, apa yang adik rasakan?". Bimbing mereka untuk mencari solusi bersama, seperti membuat jadwal giliran bermain.

 

5. Ciptakan Misi Tim, Bukan Kompetisi Individu

Secara alami, anak-anak sering berada dalam posisi berkompetisi. Kompetisi ranking di sekolah, kompetisi perhatian di rumah. Kita bisa menyeimbangkannya dengan menciptakan aktivitas yang menuntut kerja sama.

Mengapa ini penting? Pengalaman bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama adalah perekat hubungan yang paling kuat. Mereka belajar bahwa saudaranya adalah rekan satu tim (teammate), bukan saingan (rival).

Solusinya: Berikan "proyek keluarga" di mana mereka harus bekerja sama. Misalnya, "Misi membersihkan taman belakang!" atau "Tim membuat kue untuk Ayah." Berikan satu tujuan dan biarkan mereka membagi tugas. Pujilah mereka sebagai sebuah tim saat berhasil.

 

Sebuah Investasi Jangka Panjang

Mengelola sibling rivalry bukanlah pekerjaan mudah. Butuh kesabaran, konsistensi, dan kesadaran penuh dari kita sebagai orang tua.

Tujuannya bukanlah menciptakan rumah yang sunyi senyap tanpa pertengkaran. Itu mustahil. Tujuannya adalah membangun fondasi di mana anak-anak kita belajar bahwa keluarga adalah tempat teraman untuk merasakan emosi apa pun, dan bahwa saudara adalah teman seperjuangan pertama mereka.

Karena pada akhirnya, hadiah terbesar yang bisa kita berikan pada anak-anak kita adalah satu sama lain.

Terkadang, teori saja tidak cukup. Setiap keluarga itu unik, dengan dinamika dan tantangan yang berbeda-beda. Jika Anda merasa kewalahan atau butuh strategi yang lebih personal untuk meredakan persaingan di rumah, jangan ragu untuk mencari dukungan.

Ingin konsultasi lebih lanjut? Yuk, akses HaloSay! untuk ngobrol langsung bareng psikolog profesional yang siap mendengarkan dan membantu Anda menemukan solusi yang tepat bagi keluarga Anda.